Ibnu Mas'ud

Bismillah

Nama beliau : Abdullah bin Mas’ud bin Ghafil Abu ‘Abdirrahman Al Hadzali Al Maki Al Muhajiri. Kalau di lihat dari segi jasmani, fisik beliau kecil kedua betisnya dan kurus. Tetapi walaupun kecil Rasulullah saw pernah bersabda tentang hal ini, diriwayatkan bahwa Rasulullah saw menyuruh Abdullah bin Mas’ud memanjat sebuah pohon untuk memetik buahnya, ketika para sahabat melihat betis kakinya mereka tertawa, maka Rasulullah saw bersabda : 
"kalian menertawakan betis Ibnu Mas'ud ..., sesungguhnya kedua betisnya di sisi Allah lebih berat timbangannya dari Gunung UHUD..."
di riwayat yang lain
“Apa yang kalian tertawakan? sungguh kaki Abdullah bin Mas’ud lebih berat timbangannya pada hari kiamat dari siapapun”. (HR. Ahmad, Ibnu Sa’ad dan Abu Na’im)

Beliau termasuk Assabiqunal Awwalun, orang ke 6 yang masuk agama Islam pertama kali.

Dalam soal harta, ia tak punya apa-apa, tentang perawakan ia kecil dan kurus, apalagi dalam soal pengaruh, maka derajatnya jauh di bawah ....Tapi sebagai ganti dari kemiskinannya itu, Islam telah memberinya bagian yang melimpah dan perolehan yang cukup dari pebendaharaan Kisra dan simpanan Kaisar. Dan sebagai imbalan dari tubuh yang kurus dan jasmani yang lemah, dianugerahi-Nya kemauan baja yang dapat menundukkan para ksatia musuh-musuh Allah dan ikut mengambil bagian dalam merubah jalan sejarah. Dan untuk mengimbangi nasibnya yang terlunta-lunta, Islam telah melimpahinya ilmu pengetahuan, kemuliaan serta ketetapan, yang menampilkannya sebagai salah seorang tokoh terkemuka dalam sejarah Islam.  

Awal Pertemuanya dengan Rsulullah saw
Masa kecil Abdullah Ibnu Mas’ud dihabiskan dengan mengembalakan kambing milik salah seorang pembesar Quraisy  Uqbah bin Mu’ith. Saat mengembalakan kambing inilah ia pertama kali bertemu dengan Rasulullah saw yang waktu itu ditemani oleh Abu Bakar As Shiddiq ra.
Pada suatu hari bocah yang bernama Abdullah bin Mas’ud ini melihat ada 2 orang pria dewasa yang sedang berjalan ke arahnya dari jauh. Keduanya terlihat letih. Mereka terlihat amat kehausan sehingga kedua bibirnya pun tampak kering.  Lalu salah seorang darinya bertanya kepada Ibnu Mas'ud "Hai nak, apakah kamu punya susu untuk minuman kami': "Aku tidak akan melakukannya. Domba-domba ini bukan milikku. Aku hanya dipercayakan untuk menggembalanya saja!” " maka orang tadi bertanya lagi : "Apakah kamu mempunyai kambing betina mandul, yang belum dikawini oleh salah seekor jantan"? ada : ujarnya. Lalu saya bawa ia kepada mereka. Kambing itu diihat dahinya oleh  orang tadi kemudian disapu susunya sambil memohon kepada Allah. Tiba-tiba susu itu berair banyak .... Kemudian temanya mengambikan sebuah batu cembung yang digunakan  menampung perahan susu. Lalu temanya pun ikut meminum , dan saya pun tidak ketinggalan .... Setelah itu orang tadi memerintahkan kepada susu: "Kempislah!': maka susu tu menjadi kempis....
Alangkah heran dan ta’jubnya Ibnu Mas’ud ketika menyaksikan seorang hamba Allah yang shalih dan utusan-Nya yang di percaya memohon kepada Tuhannnya sambil menyapu ke susu hewan yang belum pernah berair selama ini, tiba-tiba mengeluarkan kurnia dan rizqi dari Allah berupa air susu murni yang enak buat di minum…!Setelah peristiwa itu saya datang menjumpai orang tadi yang tidak lain adalah adalah Nabi saw, kataku: "Ajarkanlah kepadaku kata-kata tersebut"
Nabi saw :bersabda "Engkau akan menjadi seorang anak yang terpelajar!''
Tak lama berselang dari peristiwa itu, Abdullah bin Mas’ud menyatakan masuk Islam dan menyerahkan dirinya kepada Rasulullah saw untuk membantu Beliau. Maka Rasulullah saw menjadikan dia sebagai pembantunya. Lalu Rasulullah saw mengajarkan ayat-ayat Al-qur'an kepada beliau. Mengenai dirinya ia pernah mengatakan:
"Saya telah menampung 70 surat alquran yang kudengar langsung dari RasululIah Shallallahu 'alaihi wa sallam"

Abdullah bin Mas’ud terus mendampingi Rasulullah Saw seperti sebuah bayangan. Ia senantiasa menemani Rasulullah saw baik dalam kondisi menetap atau saat bepergian. Ia juga mendampingi Rasulullah saw baik di dalam maupun di luar rumah.
Dialah yang membangunkan Rasulullah saw saat Beliau tidur. Dia yang menutupi Rasul bila Beliau sedang mandi. Dia yang memakaikan sandal, bila Rasul hendak keluar dan melepaskannya lagi bila Rasulullah saw hendak masuk ke rumah. Bahkan Rasulullah Saw mengizinkan Abdullah bin Mas'ud untuk masuk ke rumahnya kapan saja ia mau. Rasul saw membiarkan Abdullah mengetahui rahasia Beliau tanpa pernah merasa resah, sehingga ia dikenal dengan sebutan "Shahibus Sirri Rasulullah" (pemegang rahasia Rasulullah).

Abdullah bin Mas’ud dididik di rumah Rasulullah Saw sehingga ia dapat menyerap petunjuk yang diberikan Rasul dan berakhlak seperti akhlak Beliau. Ia mengikuti jejak Rasul dalam setiap gerak-geriknya, sehingga ada yang mengatakan: ‘Dia adalah manusia yang paling dekat kepada Rasul dalam menerima petunjuk dan akhlaknya!”

Abdullah bin Mas’ud belajar langsung di bawah bimbingan Rasulullah Saw sehingga ia menjadi sahabat yang paling paham akan bacaan Al Qur’an. Yang paling mengerti akan maknanya dan paling tahu akan syariat Allah.
Abdullah bin Mas’ud r.a sangat tertarik dengan bahasa Al Qur’an dan dia belajar sungguh sungguh untuk mendalaminya. Kalau dulu dia dianggap sebelah mata oleh penduduk Mekkah karena seorang budak kini dia menjadi pendidik bagi masyarakat Mekkah bila mereka hendak belajar Al Qur’an. Sungguh Allah SWT akan meninggikan kedudukan seseorang karena Al Qur’an dan akan merendahkan kedudukan seseorang juga dengan Al Qur’an.
Abdullah bin Mas'ud pernah berkata tentang pengetahuannya mengenai Kitabullah (Al-Qur'an) sebagai berikut, "Demi Allah, yang tiada Tuhan selain Dia. Tidak ada satu ayat pun dalam Al-Qur'an, melainkan aku tahu di mana dan dalam situasi bagaimana diturunkan. Seandainya ada orang yang lebih tahu daripada aku, niscaya aku datang belajar kepadanya."

Banyak hadist yang menerangkan tentan keistimewaan Ibnu Mas'ud diantaranya :

Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam bersabda” Ambilah al-Quran dari empat orang: Abdullah, Salim (sahaya Abu Hudzaifah), Muadz bin Jabal dan Ubay bin Ka’ab”. Menurut para ahli hadits, kalau disebutkan “Abdullah” saja, yang dimaksudkan adalah Abdullah bin Mas’ud ini.

Sabda Nabi SAW, “Barang siapa yang ingin hendak membaca Al Qur’an tepat seperti di turunkan, hendaklah ia membacanya seperti Ibnu Ummi ‘Abdin…!”  dan masih banyak lagi.

Abdullah bin Mas’ud tidak hanya pandai, mengerti Al Qur’an, taat beribadah dan zuhud saja, akan tetapi ia bahkan adalah sosok yang kuat, tegar, mujahid yang pantang mundur jika berperang. Dan beliau lah yang telah membunuh Abu Jahal dalam perang badar. Dalam hal ini sebagai buktinya cukup dengan pernyataan bahwa dia adalah muslim pertama di muka bumi setelah Rasul Saw yang berani membacakan Al Qur’an dengan terang-terangan.

Pada suatu hari para sahabat Rasulullah Saw tengah berkumpul di Mekkah. Saat itu mereka adalah kelompok minoritas yang selalu tertindas. Mereka berkata, “Demi Allah, kaum Quraisy belum pernah mendengar Al Qur’an dibacakan dengan keras kepada mereka. Siapakah orang yang berani membacakannya kepada mereka?!”

Maka Abdullah bin Mas’ud berkata: “Aku yang akan membacakan Al Qur’an kepada mereka!”

Maka para sahabat tadi menukas, “Kami khawatir mereka akan mencelakaimu. Yang kami inginkan adalah seseorang yang memiliki keluarga besar yang dapat melindungi dan menjaganya dari kejahatan mereka, bila mereka berniat melakukannya.”

Abdullah menjawab: “Biarkan aku melakukannya, karena Allah akan menjaga dan melindungiku!”

Kemudian ia pergi ke Masjidil Haram dan ia berjalan ke arah maqam Ibrahim pada waktu dhuha. Saat itu suku Quraisy sedang duduk di sekeliling Ka’bah. Abdullah lalu berdiri di depan Maqam Ibrahim dan membacakan dengan suara keras, “Bismillahirrahmanirrahim, Ar Rahman, Allamal Qur’an, Khalaqal Insana, Allamahul Bayan. ((Tuhan) Yang Maha Pemurah, Yang telah mengajarkan al-Qur'an. Dia menciptakan manusia, Mengajarnya pandai berbicara).” Ia masih meneruskan bacaannya.

Mendengar bacaan itu mau tak mau orang-orang Quraisy pun mulai meresapi bacaannya. Mereka berkata, “Apa yang sedang dibaca oleh Ibnu Ummi Abdin? Celaka dia! Dia sedang membaca sebagian ayat yang dibawa oleh Muhammad!”

Mereka pun langsung menghampiri Abdullah dan memukuli wajahnya. Namun, ia masih saja meneruskan bacaannya sehingga batas yang Allah tentukan. Kemudian ia datang menghampiri para sahabatnya dan darah pun mengalir dari tubuhnya. Para sahabatnya berkata: “Inilah yang kami khawatirkan pada dirimu!”

Abdullah menjawab: “Demi Allah, mulai saat ini tidak ada yang lebih berat dari para musuh Allah. Jika kalian mau, besok pagi aku akan membuat mereka semua seperti ini!” Para sahabat menjawab: “Jangan, cukuplah karena engkau telah berani membacakan kepada mereka apa yang mereka benci!”
 
Ibnu Mas’ud ini telah diakui oleh para sahabat :
Amirul Mu’minin, Umar, berkata mengenai dirinya, “Sungguh ilmunya tentang fiqih berlimpah-limpah.”
 Berkata Abu Musa Al Qur’an-Asy’ari, “Jangan tanyakan kepada kami sesuatu masalah selama Ibnu Mas'ud  berada pada tuan-tuan!”
Tidak hanya keunggulannya dalam Al-Qur’an dan ilmu fiqih saja yang patut beroleh pujian, tetapi juga keunggulannya dalam keshalihan dan ketakwaan.

Berkata Hudzaifah tentang dirinya, “Tidak seorangpun saya lihat yang lebih mirip Rasulullah saw baik dalam cara hidup, perilaku dan ketenangan jiwanya, dari pada Ibnu Mas’ud… dan orang-orang yang di kenal dari sahabat-sahabat Rasulullah saw sama mengetahui bahwa puteranya dari Ummi ‘Abdin adalah yang paling dekat kepada Allah…!”

Kata Ali pula, “Ya Allah, saya mohon Engkau menjadi saksinya,bahwa saya berpendapat mengenai dirinya seperti apa yang mereka katakan itu, atau lebih baik dari itu lagi… Sungguh, telah di bacanya Al Qur’an, maka dihalalkannya barang yang halal dan di haramkannya barang yang haram…, seorang yang ahli dalam soal keagamaan dan luas ilmunya tentang as-Sunnah…!”

Berkata Abu Musa Al-Qur’an-Asy’ari, “Sungguh setiap saya melihat Rasulullah saw, pastilah Ibnu Mas’ud berada menyertainya…”

Mungkin gambar yang melukiskan akhlaknya secara tepat, ialah sikapnya ketika menyampaikan hadist dari Rasulullah saw setelah beliau wafat. Walaupun ia jarang menyampaikan hadits dari Rasulullah saw, tetapi kita lihat setiap ia menggerakan kedua bibirnya untuk mengatakan, “Saya dengar Rasulullah saw menyampaikan hadits dan bersabda…,” maka tubuhnya gemetar dengan amat sangat, dan ia tampak gugup dan gelisah. Sebabnya tiada lain karena takutnya akan alpa, hingga bersalah menaruh kata di tempat yang lain…!

Berkatalah ‘Amar bin Maimun:
“Saya bolak-bolak kerumah Abdullah bin Mas’ud ada setahun lamanya, dan selama itu tak pernah saya dengar ia menyampaikan hadits dari Rasulullah saw, kecuali sebuah hadits yang di sampaikannya pada suatu hari. Dari mulutnya mengalir ucapan: ‘Telah bersabda Rasulullah saw, tiba-tiba ia kelihatan gelisah hingga tanpak keringat bercucuran dari keningnya.’ Kemudian katanya megulangi kata-kata yang tadi, ‘Kira-kira demikianlah disabdakan oleh Rasulullah saw…’”

Dan bercerita Al-Qamah bin Qais:
Biasanya Abdullah bin Mas’ud berpidato setiap hari Kamis sore menyampaikan Hadits. Tidak pernah saya dengar ia mengucapkan, “Telah bersabda Rasulullah saw,” kecuali satu kali saja… disaat itu saya melihat ia bertelekan tongkat, dan tongkatnya itupun bergetar dan bergerak-gerak…”

Dan di ceritakan pula oleh Masruq mengenai Abdullah ini:
“Pada suatu hari Ibnu Mas’ud menyampaikan sebuah Hadits, katanya, “Saya dengar Rasulullah saw…” Tiba-tiba ia jadi gemetar, dan pakainnya bergetar pula… kemudian katanya, “Atau kira-kira demikian…, atau kira-kira seperti itulah…”
Nah, sampai sejauh inilah ketelitian, penghormatan dan penghargaannya kepada Rasulullah saw… disamping menjadi bukti ketaqwaannya, ketelitian, dan penghormatannya ini merupakan tanda kecerdasannya…!

Dan diantar keinginan dan cita-cita hidup, tidak satupun yang menarik hatinya kecuali sebuah, yakni yang selalu di rindukan, menjadi bauh bibir dan senandungnya, serta menjadi angan-angan untuk mendapatkannya.
Nah, marilah kita simak, kata-kata yang ia sendiri menceritakan hal itu kepada kita:

“Aku bangun di tengah malam, ketika itu aku mengikuti Rasulullah saw di perang Tabuk. Maka tampaklah olehku nyala api di pinggir perkemahan, lalu kudekati untuk melihatnya. Kiranya Rasulullah saw bersama Abu Bakar dan Umar. Rupanya mereka sedang menggali kuburan untuk Abdullah Dzulbijadain An-Muzanni yang ternyata telah wafat. Rasulullah saw ada di dalam lubang kubur itu, sementara Abu Bakar dan Umar mengulurkan jenazah kepadanya. Rasulullah saw bersabda, “Ulurkanlah lebih dekat padaku saudara tuan-tuan itu…! Lalu mereka mengulurkan kepadanya. Dan tatkala di letakkannya di lubang lahat, beliau berdo’a, “Ya Allah, aku telah ridla kepadanya, maka ridla’i pula ia oleh-Mu! Alangkah baiknya sekiranya akulah yang menjadi pemilik liang kubur itu!”
Nah, itulah dia satu-satunya cita-cita yang di harapkan dan di angan-angankan selagi hidupnya. Dan sebagai anda ketahui, ia tak pernah mencari kesempatan untuk mendapatkan sesuatu untuk di kejar-kejar dan di perebutkan orang, berupa kemuliaan, kekayaan, pengaruh atau jabatan.
Hal ini karena cita-citanya adalah cita-cita seorang tokoh yang mendapat petunjuk dari Allah swt memperoleh tuntutan dari Al-Qur’an, dan menerima didikan dari Rasulullah saw.

 
Beliau beristirahat untuk selama lamanya bersama sahabat sahabat yang lain di pemakaman Baqi.
Allahu 'alam





Artikel Terkait:

Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih komentarnya. Seandainya ada kesalahan dalam penulisan dalil-dalilnya mohon koreksinya, kritik dan sarannya kami tunggu jazakallah