Mengenal Putra-putri Rasulullah saw

Bismillah...
Sebagaimana kita ma'lumi,dari semua istri Rosulullah saw hanya Siti Khodijah dan Mariyah Alkibtiyyah  ra yang ditakdirkan Allah swt bisa memberikan keturunan kepada Beliau. Dari Siti Khodijah, Beliau mendapatkan enam orang anak, yaitu empat putri dan dua putra. dari Mariyah Kibtiyyah dikarunia seorang putra, jadi, jumlah keseluruhan anak Rasulullah saw tujuh orang, empat orang putri dan tiga orang puta.

Putra-putri Rasulullah saw dari Khodijah ra yang pertama bernama Al-Kosim, dengan sebab itu beliau sering di panggil dengan Abul Kosim. Dilahirkan sebelum ayahnya (Rosulullah saw) dinobatkan oleh Allah swt sebagai orang pilihan yang mengemban risalah-Nya untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia di dunia ini dan meniggal dunia ketika baru berumur dua tahun.
Putra kedua bernama Abdullah yang digelari dengan At-Toyyib (baik) dan At-Thohir (bersih) juga dilahirkan sebelum kenabian dan wafat ketika masih kecil. Adapun putra dari Mariyah diberi nama Ibrahim yang lahir setelah hijrah ke Madinah, yaitu tahun kedelapan. Tapi umurnya tidak bertahan karena dalam tahun kesepuluh ia meninggal dunia.
Hari kematiannya bertepatan dengan terjadinya gerhana matahari, sehingga orang-orang pada masa itu menduga bahwa gerhana matahari itu terjadi disebabkan meninggalnya Ibrahim, putra Rasulullah saw. Untuk menghilangkan sangkaan itu kemudian Rasulullah saw bersabda :
"bahwasanya matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda kekuasaan Allah, keduanya tidak gerhana karena kematian seseorang dan tidak karena hidupnya. Maka apabila kamu lihat keduanya (gerhana), berdo'alah kepada Allah dan sholatlah hingga lapas (terang kembali)" HR. Bukhori dan Muslim.

Putri-putri Rasulullah saw
  1. Zaenab
  2. Ruqoyah
  3. Ummu kultsum dan
  4. Fatimah
Mereka semua dapat mengecap hidup dibawah naungan Islam


Zaenab
Zaenab merupakan putri tertua Rasullah saw yang menikah dengan Abul'Ash bin Robi, ibunya bernama Halah binti Khuwailid, bibi dari Zaenab. Pernikahannya ini berlangsung sebelum masa kenabian. Ketika ayahandanya, Rasulullah saw mulai menyebarkan da'wah Islam, ibunya juga saudara-saudaranya menerima Islam dengan kaafah. Begitu pula Zaenab dengan lapang dada membuka hatinya untuk menerima Islam, meskipun suami tercinta, Abul'Ash bin Robi tetap bertahan pada ajaran nenek moyang nya. Dengan lemah lembut Zaenab berusaha mengajak suaminya untuk hidup dalam naungan Islam. Namun, dengan sikap yang lembut pula suaminya menolak dan berkata :"tidak ada yang aku ragukan tentang kebenaran dan kejujuran ayahmu dan tidak ada dalam hidup ini yang paling aku rindukan, hanyalah satu, yaitu kita berdua menempuh hidup di jalan yang satu. Tetapi sayangku aku tidak akan tahan jika dikatakan orang Abul'Ash mengecewakan kaumnya dan menghianati ajaran nenek moyangnya karena dipengaruhi istrinya. Sebab itu,haraplah aku paham mengapa aku belum masuk Islam dan dapatlah kau ma'afkan".


Keadaan ini terus berlanjut sampai disaat Allah swt memerintahkan Rosul-Nya untuk berhijrah ke Madinah, Semua sahabatnya kecuali orang-orang yang lemah, juga keluarganya mengikuti perintah itu. Sedangkan Zaenab untuk sementara tetap tinggal di Makkah.
Menginjak tahun ke dua setelah hijrahnya Rasulullah saw, tepatnya bulan Ramadhan, terjadi peperangan antara kaum muslimin di bawah pimpinan Rasulullah saw menghadapi kaum musrikin Quraisy yang didalamnya terdapat suami Zaenab, Abul'Ash. Kejadianya tepat di wilayah badan (sebuah tempat antara mata air Makkah dan Madinah). Meskipun pasukan lawan jumlahnya tiga kali lipat lebih besar, tapi kemenangan ada di pihak kaum muslimin, bahkan tujuh puluh orang dari pihak kaum musrikin terbunuh dan tujuh puluh lagi tertawan, termasuk didalamnya Abul'Ash bin Robi suami Zaenab.
Mengetahui suaminya di tertawan, dengan segera Zaenab menanggalkan kalung peninggalan ibundanya tercinta untuk diserahkan kepada Rasulullah saw, sebagai penebus kebebasan suaminya.
Akhirnya suaminya pun dibebaskan dan kembali ke Makkah untuk menemui istrinya tercinta, Zaenab binti Muhammad. Namun, tidak lama setelah itu turun ayat Al-Qur'an surat Al-Mumtahalah :10


Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu perempuan-perempuan yang beriman, maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka. Allah lebih mengetahui tentang keimanan mereka;maka jika kamu telah mengetahui bahwa mereka (benar-benar) beriman maka janganlah kamu kembalikan mereka kepada (suami-suami mereka) orang-orang kafir. Mereka tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal pula bagi mereka. Dan berikanlah kepada (suami suami) mereka, mahar yang telah mereka bayar. Dan tiada dosa atasmu mengawini mereka apabila kamu bayar kepada mereka maharnya.(QS 60:10)

Ternyata kecintaan Zaenab pada Allah lebih besar daripada cintanya kepada suaminya, tidak lama setelah mengetahui akan datangnya wahyu tersebut, maka Zaenab berangkat menyusul keluarganya berhijrah ke Madinah.
Tanpa di duga suaminya Abul'Ash mengikuti jejaknya, meskipun ia masih tetap berpegang pada agama leluhurnya, dan Zaenab pun tetap memperlakukan dan menghormati sebagaimana semula namun ia suka menjauhi apabila Abul'Ash mencoba mendekatinya. Keadaan ini berlangsung cukup lama, sampai akhirnya pada suatu saat hati Abul'Ash terbuka untuk menerima Islam. Dengan disaksikan istrinya dan Rasulullah saw yang juga mertuanya sendiri. Dia di ikrarkan dua kalimat syahadat dambaan untuk hidup bersama dalam satu rahmat dalam keluarga itu kini datang kembali. Perlu diketahui, berdasarkan beberapa riwayat nikah mereka tidak diulangi.
Dari pernikahan itu, mereka memperoleh dua orang anak, diantaranya bernama Umamah yang meninggal ketika masih kecil. Beberapa tahun kemudian Zaenab pun menyusul menghadap Ar-Rapiqul A'la Allah swt.

Ruqoyah dan Ummu Kultsum
Sebelum masa kenabian keduanya menikah dengan putra-putra Abu Lahab, paman Rasulullah saw. Ruqoyah menikah dengan Utbah dan Ummu Kultsum menikah dengan Utaibah. Pada masa masa itu hubungan Rasulullah saw dengan pamannya juga hubungan kedua putrinya dengan putra-putraAbu Lahab berlangsung baik. Namun, ketika Muhammad menyatakan dirinya utusan Allah swt, mulailah Abu Lahab menampakkan kebencianya. Terlebih lagi setelah turun surat Al-Lahab yang jelas-jelas mencela prilaku Abu Lahab juga istrinya. Disuruhnya Utbah dan Utaibah menceraikan putri-putri Rasulullah saw.
Setelah diceraikan Utbah, kemudian Rasulullah menikahkan Ruqoyah dengan salah seorang sahabatnya, Utsman bin Affan. Dalam tahun kelima kenabian, keduanya pernah turut bersama muslim yang lain berhijrah ke bumi Habsyah (Ethopia), dan semuanya kembali setelah tiga bulan.
Ketika terjadi perang Badar, Utsman bin Affan tidak dapat turun serta karena istrinya, Ruqoyah sedang sakit keras yang menyebabkan kematinya, tepatnya pada bulan Ramadhan tahun kedua hijriyah.
Setahun kemudian, setelah ditinggal wafatnya Ruqoyah, Ustman di nikahkan dengan Ummu Kultsum, sehingga dengan sebab menikahi dua putri Rasulullah saw tersebut Utsan digelari "Dzunnuroini" (yang mempunyai dua cahaya) namun sayang, ditahun kesembilan hijrah Ummu Kultsum pun meninggal dunia.

Fatimah
Diantara putri Rasulullah saw, yang terkenal adalah Fatimah. Mungkin dialah satu-satunya putri Rasulullah saw yang hidup setelah Beliau wafat. Dilahirkan beberapa tahun sebelum kenabian. Dia putrinya yang paling disayang karena paling mirip dengan Beliau dalam akhlaknya. Fatimah digelari dengan "Azzahra" yang berarti cemerlang.
Tentang Fatimah, Aisyah Ummul Mu'minin telah berkata :
"Tidaklah kulihat yang paling mirip dengan Rasulullah dalam bentuk perilaku, dalam tingkah duduk dan berdirinya, kecuali Fatimah binti Rasulullah saw. Beliau menyambut dan menciumnya lalu duduk ditempatnya. Apabila Nabi masuk kerumah Fatimah, maka ia menyambut dan mencium ayahnya, lalu mempersilahkan duduk ditempat duduknya".

Semenjak kecil Fatimah menyaksikan kerja keras ayahnya dalam menjelaskan perintah Allah swt kepada kaumnya. Ia pun turun meringankan beban penderitaan ayahanda yang dilimpakan kaum Quraisy, kadang dengan kedua tanganya atau dengan air matanya.
Suatu ketika seorang Quraisy yang jahat bertemu dengan Rasulullah saw, lalu melemparkan tanah ke atas kepalanya. Kemudian beliau kembali ke rumah dengan kepala berlumuran tanah, maka bangkitlah Fatimah membersihkan tanah sambil menangis. Begitu melihat air mata putrinya mengalir dikedua pipinya, Nabi saw menabahkan hatinya sambil berkata menghibur :"janganlah menangis wahai putriku, karena Allah melindungi ayahmu".
Setelah hijrah ke Madinah dan Fatimah menginjak usia dewasa, ia dinikahkan dengan Ali bin Abi Tholib dengan mahar baju besi dan pesta pernikahanya berlangsung begitu sederhana. Tentang kehidupan rumah tangganya, Ali pernah berkata kepada Ibn A'bad : "hai Ibn A'bad maukah kuberitahukan kepada engkau tentang aku dan Fatimah? Ia adalah putri Rasulullah saw yang paling dimuliakannya diantara keluarganya disamping menjadi istriku. Ia menggiling dengan alat penggiling hingga lecet kedua tangannya, Ia mengambil air dengan kirbah hingga melukai dadanya. Ia membersihkan rumah hingga berdebu bajunya. Ia menyalakan api hingga mengotori dan melukainya."

Fatimah dan Ali dikarunia dua orang anak, Hasan lahir tahun kedua hijrah dan tahun berikutnya lahir adiknya, Husein. Setelah dewasa mereka tumbuh menjadi orang-orang sholih, keduanya adalah pemimpin pemuda penghuni syurga.
Di akhir bulan Shotar dalam tahun kesebelas hijrah Nabi saw mulai sakit dan tatkala Beliau merasa sakitnya semakin parah, timbul kekhawatirannya bahwa Fatimah akan sangat terguncang oleh kematiannya. Maka Nabi saw memberitahukan kabar gembira kepadanya yang dapat meringankan akibat musibah itu.
Aisyah ra berkata :"Fatimah datang sambil berjalan dan jalannya mirip Rasulullah saw, lalu Nabi bersabda :"selamat datang putriku" kemudian beliau menyuruhnya duduk disebelah kanannya, lalu membisikkan sesuatu kepadanya, kemudian Fatimah menangis, lalu Nabi saw membisikkan lagi maka Fatimah tersenyum. Aku (Aisyah) berkata :"aku tidak pernah melihat seperti ini. engkau lebih banyak gembira dari pada bersedih. Aku menanyakan kepadanya tentang apa yang di bisikan Rasulullah saw, Fatimah menjawab: "aku tidak akan menyiarkan rahasia Rasulullah saw". Tatkala Rasulullah saw wafat, aku bertanya kembali kepada Fatimah, maka ia memberitahukan kepadakau, bahwa Rasulullah saw mengatakan
"Malaika Jibril datang kepadaku setiap tahun sekali untuk memeriksa hafalanku terhadap Al-qur'an. Pada tahun ini malaikat Jibril datang kepadaku dua kali dan pasti ajalku sudah datang. Sesunggunya engkau adalah orang pertama yang menyusulku diantara keluargaku dan aku adalah sebaik-baik penghulu bagimu" Makanya aku menangis. Kemudian Beliau bersabda :"tidakkah engkau senang menjadi pemimpin wanita seluruh alam? makanya akupun tertawa."(HR. Bukhori dan Muslim)

Nabi saw berpulang ke rahmatullah hari senin, dua belas rabi'ul Awwal tahun sebelas hijrah, dalam usia 63 tahun dengan meninggalkan putri tercinta, Fatimah Azzahra yang usianya menginjak usia tiga puluh tahun.
Enam bulan kemudian terbuktilah ucapan Rasulullah saw, Fatimah adalah orang yang pertama dan keluarganya yang menyusul ke hidirat Ilahi Rabbi, Allah swt. Tepatnya hari selasa tanggal tiga Ramadhan tahun sebelas hijrah. Setelah dimandikan suaminya sendiri, Ali bin Abi Tholin, Beliau dimakamkan di tanah Al-Baqi.
Fatimah Azzahra, meskipun jasadnya telah hilang namun keshalihan dan keteladanannya tetap akan dikenang.


Artikel Terkait:

Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih komentarnya. Seandainya ada kesalahan dalam penulisan dalil-dalilnya mohon koreksinya, kritik dan sarannya kami tunggu jazakallah