Syarat diterima Amal

bismillah...

Amal yang diterima oleh Allah swt memiliki persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi. Hal ini telah disebutkan Allah swt sendiri didalam kitab-Nya dan Rosulullah saw didalam hadistnya sebagai berikut

Pertama, Amal harus dilaksanakan dengan keikhlasan semata-mata karena Allah swt
98:5

dan tidaklah mereka diperintahkan melainkan agar menyembah Allah dengan mengikhlaskan baginya agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.(QS Al-Bayyinah:5)

Rosulullah saw bersabda:
"sesungguhnya amal-amal tergantung kepada niat dan setiap orang akan mendapatkan sesuatu susuai dengan niatnya". (shahih, HR Bihkari Muslim)

Kedua dalil ini sangat jelas menunjukan bahwa dasar dan syarat pertama diterima amal adalah ikhlas, yaitu semata-mata mencari wajah Allah swt. Amal tanpa disertai dengan keikhlasan maka amal tersebut tidak akan diterima oleh Allah swt.
Kedua, amal tersebut sesuai dengan sunnah Rosulullah saw :
مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam agama kami ini yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak.” (HR. Bukhari no. 20 dan Muslim no. 1718 dari Aisyah radhiallahu'anha)
dari dalil-dalil diatas para ulama sepakat bahwa syarat amal yang akan diterima oleh Allah swt adalah ikhlas dan sesuai dengan bimbingan Rosulullah saw. Jika salah satu dari kedua syarat tersebut tidak ada , maka amalan itu tidak akan diterima oleh Allah swt. Dari sini sangat jelas kesalahan orang-orang yang mengatakan "yang penting kan niatnya". Yang benar harus ada kesesuaian amal tersebut dengan ajaran Rosulullah saw. Jika istilah yang "penting niatnya" itu benar niscaya kita akan membenarkan segala perbuatan maksiat kepada Allah swt dengan dalil yang penting niatnya. Kita akan mengatakan para pencuri, pezina, pemabuk, pemakan uang riba, pemakan uang anak yatim, perampok, pelaku bid'ah dll  dan bahkan kesirikan tidak bisa kita salahkan, karena kita tidak mengetahui niatnya. Demikian juga dengan seorang yang mencuri dengan niat memberii nafkah kepada anak dan istrinya.
Apakah seorang melakukan bid'ah dengan niat beribadah kepada Allah swt adalah benar?
apakah seorang yang meminta kepada makam wali dengan niat memuliakan wali itu adalah benar?
tentu jawabanya adalah TIDAK.
Dari pembahasan diatas sangat jelas kedudukan dua syarat tersebut dalam sebuah amalan dan sebagai penentu diterimanya. Oleh kerena itu, sebelum melangkah untuk beramal hendaklah bertanya pada diri kita : untuk siapa saya beramal? dan bagaimana caranya? maka jawabanya adalah dengan kedua syarat diatas. Masalah berikutnya juga bukan sekedar memperbanyak amal, akan tetapi benar atau tidaknya amalan tersebut.
Allah berfirman :
67:2

Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun,(QS. Al-Mulk:2)
  
Allah swt mengatakan yang paling baik amalanya dan tidak mengatakan yang paling banyak amalanya, yaitu amal yang dilaksanakan dengan ikhlas dan sesuai dengan ajaran Rosulullah saw
wallahua'lam 
   
 

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim no. 1718)

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim no. 1718)



Artikel Terkait:

1 komentar:

Terima kasih komentarnya. Seandainya ada kesalahan dalam penulisan dalil-dalilnya mohon koreksinya, kritik dan sarannya kami tunggu jazakallah